بسم الله الرحمن الرحيم
Mеngоbаtі Pеnуаkіt ‘Aіn (2)
Sеgаlа рujі bаgі Allаh Rаbbul 'аlаmіn, ѕhаlаwаt dаn ѕаlаm ѕuрауа dіlіmраhkаn kераdа Rаѕulullаh, kеluаrgаnуа, раrа ѕаhаbаtnуа, dаn оrаng-оrаng уаng mеngіkutіnуа hіnggа hаrі kіаmаt, аmmа bа'du:
Berikut lanjutan pembahasan mengenai penyakit ‘ain dan cara mengobatinya, agar Allah mengakibatkan penyusunan risalah ini lapang dada sebab-Nya dan berfaedah, Allаhummа ааmіn.
Cаrа mеngаtаѕі реnуаkіt ‘Aіn Sеtеlаh Tеrjаdі
Adapun dikala telah tertimpa penyakit ‘ain maka mengobatinya dengan beberapa cara:
Cаrа Pеrtаmа, melakukan ruqyah syar’iyyah yang dilaksanakan oleh orang yang saleh dan lazimmemakan masakan dan minuman yang halal.
Malaikat Jibril alaihis salam pernah meruqyah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dengan doa berikut:
«بِاسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ، اللهُ يَشْفِيكَ بِاسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ»
“Dengan nama Allah, aku meruqyahmu dari segala satu yang menyakitkanmu, dari setiap jiwa atau mata yg hasad. Allah yg menyembuhkanmu. Dengan nama Allah, saya meruqyahmu.” (Hr. Muslim)
Cаrа Kеduа, melakukan mandi. Maksudnya meminta orang yg menurut asumsi berpengaruh menimpakan penyakit ‘ain terhadap orang yang lain buat berwudhu, kemudian diambil air bekas wudhunya, kemudian dituangkan ke kepala orang yang terkena penyakit ‘ain dari belakangnya berikut punggungnya. Dengan cara seperti ini, maka orang yg terkena penyakit ‘ain akan sembuh insya Allah.
Hal ini berdasarkan hadits Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif beliau berkata,
مَرَّ عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ بِسَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ، وَهُوَ يَغْتَسِلُ فَقَالَ: لَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ، وَلَا جِلْدَ مُخَبَّأَةٍ فَمَا لَبِثَ أَنْ لُبِطَ بِهِ، فَأُتِيَ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقِيلَ لَهُ: أَدْرِكْ سَهْلًا صَرِيعًا، قَالَ «مَنْ تَتَّهِمُونَ بِهِ» قَالُوا عَامِرَ بْنَ رَبِيعَةَ، قَالَ: «عَلَامَ يَقْتُلُ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ، إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ مَا يُعْجِبُهُ، فَلْيَدْعُ لَهُ بِالْبَرَكَةِ» ثُمَّ دَعَا بِمَاءٍ، فَأَمَرَ عَامِرًا أَنْ يَتَوَضَّأَ، فَغَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ، وَرُكْبَتَيْهِ وَدَاخِلَةَ إِزَارِهِ، وَأَمَرَهُ أَنْ يَصُبَّ عَلَيْهِ
“Suatu saat Amir bin Rabi’ah melalui Sahl bin Hunaif yang sedang mandi, kemudian ia berkata, “Aku belum pernah melihat kulit perempuan gadis yang dipingit seperti pada hari ini!” Maka tidak usang kemudian Sahl bin Hunaif jatuh pingsan, dahulu dibawa kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan dikatakan kepada Beliau, “Sahl pingsan.” Beliau pun bersabda, “Siapa orang yg menurut kalian menjadikannya demikian?” Mereka menjawab, “Amir bin Rabi’ah.” Beliau pun bersabda, “Atas dasar apa salah seorang di antara kalian menyakiti saudaranya? Apabila salah seorang di antara kalian menyaksikan hal yang fantastis pada diri saudaranya, maka doakanlah keberkahan untuknya.” Lalu Beliau meminta disiapkan air dan menyuruh Amir berwudhu, dia pun membasuh tampang dan kedua tangannya hingga kedua sikut, serta kedua lutut dan bagian dalam sarungnya. Setelah itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyuruh bagi menyiram Sahl (dengan air wudhu Amir).”
Sufyan berkata, “Ma’mar berkata, “Dari Az Zuhriy, “Beliau memerintahkan supaya menuangkan wadah air dari belakang tubuhnya.”
Maksud ‘bagian dalam sarungnya’ adalah bab tertentu dari badannya, atau bab dzakarnya, atau bab paha dan pinggulnya, atau sarung bab dalamnya yang berhadapan pribadi dengan badannya, wallahu a’lam.
Ibnu Syihab Az Zuhriy rahimahullah berkata, “Mandi yg kami peroleh dari pada ulama kami adalah disiapkan wadah (berisi air) untuk seorang yang menimpakan ‘ain, dulu dia memasukkan telapak tangannya ke dalamnya dan berkumur-kumur, kemudian membuangnya ke dalam wadah, kemudian ia membasuh mukanya di wadah, dulu memasukkan tangan kirinya dan menuangkan air ke atas telapak tangan kanannya di wadah, dahulu memasukkan tangan kanannya dan menuangkan air ke atas telapak tangan kirinya sekali saja, lalu dia masukkan tangan kirinya kemudian menuangkan air ke atas sikut kanannya dan memasukkan tangan kanannya lalu menuangkan air ke atas sikut kirinya, lalu dia masukkan tangan kirinya ke dalam wadah dan menuangkan air ke atas kaki kanan dan memasukkan tangan kanannya ke dalam wadah lalu menuangkan air ke atas kaki kirinya, kemudian beliau masukkan tangan kirinya dulu menuangkan air ke atas lutut kanannya dan memasukkan tangan kanannya kemudian menuangkan air ke atas lutut kirinya. Semua itu dijalankan di atas wadah air, dahulu beliau membasuh bagian dalam sarungnya (dan membiarkan sisa air jatuh ke dalam wadah), dan wadah itu tidak diletakkan di atas tanah, lalu airnya disiramkan ke kepala orang yang terkena ‘ain dari bagian belakangnya sekali saja.” (Aѕ Sunаn, karya Baihaqi 9/252)
Dalil disyariatkan bagi orang yang menimpakan ‘ain buat mandi
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«الْعَيْنُ حَقٌّ، وَلَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ، وَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ فَاغْسِلُوا»
‘Ain itu benar. Jika ada sesuatu yg mampu mendahahului takdir, maka pasti ‘ain dapat mendahuluinya. Jika kalian diminta mandi, maka mandilah.” (Hr. Muslim)
Aisyah radhiyallahu anha berkata, “Orang yg menimpakan ‘ain diminta bagi mandi, lalu beliau berwudhu, dan orang yg terkena ‘ain mandi darinya.” (Hr. Abu Dawud)
Kedua hadits di atas menawarkan disyariatkan wudhu atau mandi bagi orang yg menimpakan ‘ain bagi orang yang tertimpa ‘ain.
Cаrа Kеtіgа, meletakkan tangan kalian ke kepala orang yang terkena ‘ain, dahulu membaca,
بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ اللهُ يَشْفِيكَ، بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ
“Dengan nama Allah, aku meruqyahmu dari segala satu yang mengganggumu, dari setiap jiwa dan mata yg hasad. Allah yang menyembuhkanmu. Dengan nama Allah, aku meruqyahmu.” (Hr. Muslim)
Atau membaca,
بِاسْمِ اللهِ يُبْرِيكَ، وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيكَ، وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ، وَشَرِّ كُلِّ ذِي عَيْنٍ
“Dengan nama Allah yang menyembuhkanmu dan menjagamu, dari segala penyakit, dari segala kejahatan orang yg dengki ketika ia dengki, dan dari kejahatan orang yg matanya hasad.” (Hr. Muslim)
Atau membaca,
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ البَاسَ، اشْفِهِ وَأَنْتَ الشَّافِي، لاَ شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
“Ya Allah Tuhan insan, hilangkanlah penyakit. Sembuhkanlah penyakit yg ada, Engkaulah yg menyembuhkan; tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan dari-Mu tidak meninggalkan penyakit.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Atau membaca,
أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ
“Aku meminta kepada Allah Tuhan Pemilik Arsyi yang besar agar Dia menyembuhkanmu.” [і] (7 X) (Hr. Abu Dawud, dishahihkan oleh Al Albani)
Cаrа Kееmраt, menaruh tangan ke bab tubuh yg sakit kemudian membacakan surah Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas.
Cаrа Kеlіmа, siapkan air, dulu bacakan padanya surah mu’awwidzat (Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas), dulu membaca doa,
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ البَاسَ، اشْفِهِ وَأَنْتَ الشَّافِي، لاَ شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
“Ya Allah Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit. Sembuhkanlah penyakit yang ada, Engkaulah yg menyembuhkan; tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan dari-Mu tidak meninggalkan penyakit.” (3 X)
بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ اللهُ يَشْفِيكَ، بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ
“Dengan nama Allah, aku meruqyahmu dari segala satu yang mengganggumu, dari setiap jiwa dan mata yang hasad. Allah yang menyembuhkanmu. Dengan nama Allah, aku meruqyahmu.” (3 X)
Lalu menuangkan air ke atas kepala orang yang terkena ‘ain sekali saja dari bagian belakang dan bab punggung badannya.
Cаrа Kееnаm, membaca surah Al Fatihah dan mu’awwidzat (Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas) di gelas berisi air, kemudian diminum oleh orang yg terkena penyakit ‘ain dan sisanya dituangkan kepadanya, atau membaca pada minyak zaitun, dahulu minyaknya dioleskan kepadanya, atau membaca surah Al Fatihah dan mu’awwidzat pada air zamzam atau air hujan jikalau gampang baginya.
Dalilnya ialah komplemen dalam hadits Sahl bin Hunaif yang disebutkan oleh Abdurrazzaq dalam Aѕ Sunаn, “Beliau menyuruh buat meminumnya, kemudian Sahl meminumnya beberapa tegukan.” (Dinyatakan shahih isnadnya oleh pentahqiqnya)
Cаrа Kеtujuh, membaca ayat atau doa ruqyah sambil meniup (dibarengi air liur sedikit) di tamat setiap ayat atau di tamat seluruh ayat, atau sesudah membacakan ruqyah.
Beberapa karena yang mampu menolak penyakit ‘ain dari orang yg hasad/dengki
1. Meminta santunan kepada Allah dari keburukan hasad,
2. Bertakwa kepada Allah, melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
3. Bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla.
4. Bersabar kepada orang yang dengki, memaafkannya, dan tidak mengeluhkannya.
5. Nir takut terhadap orang yg dengki, dan tidak direpotkan fikirannya oleh hal tersebut.
6. Fokus kepada Allah, lapang dada sebab-Nya, dan mencari keridhaan-Nya.
7. Bertaubat dari dosa dan maksiat, sebab dosa dan maksiat yg menciptakan insan berkuasa kepada dirinya.
8. Bersedekah dan berbuat ihsan, alasannya yg demikian merupakan karena terhindar dari petaka, ‘ain, dan kejahatan orang yang dengki.
9. Memadamkan api kedengkian dengan berbuat baik kepadanya, dan tidak membalas keburukan dengan keburukan serupa, bahkan membalasnya dengan kebaikan.
10. Memurnikan tauhid kepada Allah Azza wa Jalla, dimana tidak ada yg mampu menimpakan ancaman dan manfaat kecuali dengan izin-Nya (Lihat Bada’iul Fawaid 2/238-245)
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Al Ilаj bіr Ruԛа Mіnаl Kіtаb wаѕ Sunnаh (Dr. Sа’іd bіn Alі bіn Wаhf Al Qаhthаnі), Kаіfа Tu’аlіj Mаrіdhаkа bіr ruԛуаh Aѕу Sуаr’іууаh (Sуаіkh Abdul Azіz Aѕ Sаdhаn), httр://www.nоur-аlсhіfаа.соm, httр://www.аlukаh.nеt/ѕhаrіа/0/74841/#іxzz5Qе716Xуw, httр://аlіrаn.іѕlаmwеb.nеt/аlіrаn/іndеx.рhр?раgе=ѕhоwfаtwа&Oрtіоn=FаtwаId&Id=303682, httр://аlrоԛуа.соm/роrtаl/аbоut_еуе/еffесtіоn/ Mаktаbаh Sуаmіlаh mоdеl 3.45, dll. [і] Rasulullah shallalalhu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yg menjenguk orang sakit yang belum tiba ajalnya, kemudian beliau mengucapkan sebanyak tujuh kali “Aѕ’аlullаhаl ‘аzhіm Rаbbаl ‘Arѕуіl ‘Azhіm аn уаѕуfіуаk,” mеlаіnkаn Allаh аkаn ѕеmbuhkаn оrаng іtu dаrі реnуаkіtnуа.” (Hr. Abu Dаwud dаn Tіrmіdzі, dіѕhаhіhkаn оlеh Al Albаnі).
Posting Komentar