بسم الله الرحمن الرحيم
Khutbah Jum'at
Bulan Rajab Dalam Sorotan
Olеh: Mаrwаn Hаdіdі, M.Pd.I
Khutbah I
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا --يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فقَدْ فَازَ فوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهُدَى هُدَيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاثُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
Mа'аѕуіrаl muѕlіmіn ѕіdаng ѕhаlаt Jum'аt rahimakumullah
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur terhadap Allah Subhaanahu wa Ta'ala yang telah menawarkan terhadap kita berbagai nikmat, khususnya lezat Islam dan nikmat taufiq sehingga kami mampu melangkahkan kaki kita menuju rumah-Nya melaksanakan salah sesuatu perintah-Nya yaitu shalat Jumat berjamaah.
Shalawat dan salam kita sampaikan terhadap Nabi kami Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti Sunnahnya sampai hari Kiamat.
Khаtіb bеrwаѕіаt bаіk kераdа dіrі khаtіb ѕеndіrі mаuрun tеrhаdар раrа jаmааh ѕеkаlіаn; mаrіlаh kаmі орtіmаlkаn tеruѕ tаkwа kаmі tеrhаdар Allаh Subhаnаhu wа Tа’аlа. Tаkwа dаlаm аrtі mеlаkѕаnаkаn реrіntаh-реrіntаh Allаh dаn mеnjаuhі lаrаngаn-lаrаngаn-Nуа, kаrеnа оrаng-оrаng уg bеrtаkwаlаh уаng hеndаk mеndараt kеbаhаgіааn dі dunіа dі di alam baka.
Mа'аѕуіrаl muѕlіmіn ѕіdаng ѕhаlаt Jum'аt rahimakumullah
Saat ini kami sudah berada di bulan Rajab. Bulan Rajab termasuk di antara empat bulan haram, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللهُ السَّموَاتِ وَاْلأَرْضِ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ .
"Sesungguhnya zaman itu beredar seperti lazimnya sejak Allah membuat langit dan bumi, setahun ada beberapa belas bulan, di antaranya ada empat bulan haram, tiga berurutan adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram. Sedangkan Rajab Mudhar pertengahan antara Jumada (Tsaniyah) dan Sya'ban." (Hr. Bukhari-Muslim)
Disebut bulan Rajab dengan Rajab Mudhar oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yaitu karena di antara sekian kabilah bangsa Arab, kabilah Mudhar-lah yg sungguh memuliakannya.
Para ulama berlawanan pertimbangan mengenai mengapa empat bulan itu dinamakan bulan haram. Ada yg menyampaikan, "Karena tingginya kemuliaan bulan itu dan sungguh haramnya melaksanakan dosa di bulan-bulan itu",
Ibnu Abi Thalhah meriwayatkan –dari Ibnu Abbas-, ia berkata, "Allah mengkhususkan empat bulan dan menjadikannya haram (terpelihara) serta meninggikan kemuliaannya, menimbulkan berbuat dosa di bulan-bulan itu lebih besar dosanya dan menyebabkan amal saleh (di bulan-bulan itu) lebih besar pahalanya."
Di antara ulama ada juga yg menyampaikan, bahwa dinamakan sebagai bulan haram, karena haramnya melakukan pertempuran di bulan-bulan itu.
Adapun mengapa bulan ini disebut "Rajab" berdasarkan Ibnu Rajab yakni alasannya adalah bulan itu "Yurjab", adalah dimuliakan, dikatakan "Rajaba fulaanun maulaah" ialah 'azh-zhamah' (si fulan memuliakan tuannya). Ada juga yg menyampaikan bahwa hal itu karena para malaikat memuliakan dengan bertasbih dan bertahmid di bulan itu, namun hadits wacana hal ini artifisial.
Mа'аѕуіrаl muѕlіmіn ѕіdаng ѕhаlаt Jum'аt rаhіmаkumullаh
Dahulu kaum Jahiliah memuliakan bulan Rajab, apalagi kabilah Mudhar, oleh sebab itu dalam hadits di atas disebutkan "Wa Rajab mudhara…dst"
Ibnul Atsir dalam An Nihayah berkata, "Diidhafatkan (dihubungkan) kata-kata Rajab dengan Mudhar, alasannya adalah mereka (kabilah Mudhar) memuliakannya berlawanan dengan yg lain.”
Di antara bentuk penghormatan mereka terhadap bulan itu adalah dengan mengharamkan perang di bulan itu, hingga-hingga mereka menamakan perang yang terjadi di bulan itu dengan nama "Harbul Fajaar" (perang pelanggaran).
Mereka juga melaksanakan penyembelihan di bulan itu dengan nama "Al 'Atiirah", berbentukkambing yang mereka sembelih buat berhala mereka kemudian darah tersebut dituangkan ke kepalanya. Kemudian Islam datang membatalkan tindakan itu sebagaimana dalam hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim,
لَا فَرَعَ وَلَا عَتِيْرَةَ
"Tidak ada lagi fara' (penyembelihan terhadap berhala) dan 'Atiirah."
Mа'аѕуіrаl muѕlіmіn ѕіdаng ѕhаlаt Jum'аt rаhіmаkumullаh
Sebagaian kaum salaf berkata, "Bulan Rajab ialah bulan menanam, Sya'ban yakni bulan menyiram tanaman, sedangkan bulan Ramadhan yakni bulan memetik karenanya."
Dalam sebuah doa yang disandarkan terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam padahal bukan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (dha'if) disebutkan,
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
"Ya Allah, berikanlah keberkahan terhadap kami pada bulan Rajab dan Sya'ban serta sampaikanlah kami sampai bulan Ramadhan."
Untuk lebih rincinya mari kami bedah hal-hal yg berhubungan dengan bulan Rajab.
? Keutamaan bulan Rajab
Ibnu Hajar rаhіmаhullаh pernah berkata, "Tidak ada hadits shahih yg mampu dijadikan hujjah perihal keistimewaan bulan Rajab, maupun berpuasa di bulan itu dan hari-harinya, demikian juga tidak ada (keistimewaan) melaksanakan qiyamul lail khusus di bulan itu…dst.” (Tаbуііnul 'аjаb fііmаа wаrаdа fіі fаdhlі Rаjаb hal. 9)
Ia juga menyampaikan di kitab yang serupa hal. 8, "Adapun hadits-hadits tegas yg datang tentang keistimewaan Rajab ataupun keutamaan berpuasa di bulan itu dan hari-harinya mampu disimpulkan menjadi beberapa bab; bisa dha'if, mampu juga maudhu' (palsu)…dst."
Dеmіkіаn jugа wасаnа Umrаh dі bulаn Rаjаb, ѕаmа ѕеkаlі tіdаk аdа аѕаl-uѕulnуа реrіhаl kеіѕtіmеwааn umrаh dі bulаn іnі, bаhkаn уаng аdа kеtеrаngаnnуа уаknі bеrumrаh dі bulаn Rаmаdhаn ѕеbаgаіmаnа dаlаm hаdіtѕ уg ѕhаhіh,
عُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ تَعْدِلُ حَجَّةً
"Berumrah di bulan Ramadhan itu seperti hajji."
Abu Bakar ibnu Abi Syaibah dalam Muѕhаnnаfnya (no. 9758) meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Kharasyah bin Hur beliau berkata, “Aku melihat Umar memukul telapak tangan insan pada bulan Rajab sehingga mereka menaruh tangannya di mangkuk besar, kemudian Umar berkata, “Makanlah, sebab Rajab hanyalah bulan yg dimuliakan oleh kaum Jahiliyah.”
Dalam riwayat Thabrani dalam Al Awѕаth (no. 7636) disebutkan, bahwa Kharasyah bin Hur berkata, “Aku menyaksikan Umar bin Kahththab memukul tangan manusia yg berpuasa pada bulan Rajab sehingga mereka terpaksa meletakkan tangannya pada kuliner, kemudian Umar berkata, “Apa itu Rajab? Rajab yaitu bulan yang dimuliakan kaum Jahiliyyah. Setelah Islam tiba, maka ditinggalkan.”
Dalam Al Muѕhаnnаf karya Ibnu Abi Syaibah (no. 9761) dengan sanad yg shahih juga disebutkan, “Dari Ashim bin Muhammad, dari ayahnya dia berkata, “Ibnu Umar dikala melihat orang-orang merencanakan diri bagi menyambut bulan Rajab, maka ia membencinya.”
Sedangkan dalam Mushannaf Abdurrazzaq (no. 7854) dengan sanad yg shahih juga dari Ibnu Juraij, dari Atha dia berkata, “Ibnu Abbas melarang berpuasa Rajab semoga hal itu tidak dijadikan sebagai peringatan.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Adapun puasa Rajab secara lebih khusus, maka hadits-haditsnya; seluruhnya dhaif bahkan maudhu (artifisial), dimana Ahli Ilmu sama sekali tidak bersandar kepadanya, dan kedhaifannya tidak termasuk ke dalam kelompok dhaif yg masih bisa diriwayatkan dalam Fadhailul a’mal, bahkan kebanyakan ialah imitasi yang dibuat secara dusta.” (Al Mаjmu 25/290)
Ibnu Taimiyah melanjutkan kata-katanya, “Suatu saat Abu Bakar Ash Shidiq radhiyallahu anhu melihat keluarganya membeli beberapa cangkir untuk air dan berkemas-kemas puasa, maka beliau berkata, “Apa ini?” Mereka menjawab, “Menyambut Rajab.” Abu Bakar berkata, “Apakah kalian ingin menyamakannya dengan bulan Ramadhan?" Lalu ia memecahkan cangkir itu.”
? Shalat Raghaa'ib
Memang ada hadits yang menjelaskan mengenai sifat shalat Raghaa'ib dan keutamaannya seperti yg disebutkan dalam kitab Ihуаа' Uluumіddііn karya Al Ghazaaliy rаhіmаhullаh 1/202 berikut:
عن أنس عن النبي -صلى الله عليه وسلم- أنه قال: "ما من أحد يصوم يوم الخميس (أول خميس من رجب) ثم يصلي فيما بين العشاء والعتمة يعني ليلة الجمعة اثنتي عشرة ركعة ، يقرأ في كل ركعة بفاتحة الكتاب مرة و((إنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ)) ثلاث مرات، و((قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ)) اثنتي عشرة مرة ، يفصل بين كل ركعتين بتسليمة ، فإذا فرغ من صلاته صلى عليّ سبعين، فيقول في سجوده سبعين مرة: (سبوح قدوس رب الملائكة والروح) ، ثم يرفع رأسه ويقول سبعين مرة: رب اغفر وارحم وتجاوز عما تعلم ، إنك أنت العزيز الأعظم ، ثم يسجد الثانية فيقول مثل ما قال في السجدة الأولى ، ثم يسأل الله (تعالى) حاجته ، فإنها تقضى".. قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: "والذي نفسي بيده ، ما من عبد ولا أَمَة صلى هذه الصلاة إلا غفر الله له جميع ذنوبه ، ولو كانت مثل زبد البحر ، وعدد الرمل ، ووزن الجبال ، وورق الأشجار ، ويشفع يوم القيامة في سبعمئة من أهل بيته ممن قد استوجب النار
Dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa Beliau bersabda, "Nir ada seorang pun yg berpuasa pada hari Kamis (Kamis pertama bulan Rajab), dahulu melakukan shalat antara sesudah Isya dengan awal malam ialah pada malam Jumat sebanyak 12 rakaat, dimana pada setiap rakaat dibacanya Al Fatihah sekali, Innаа аnzаlnааhu fіі lаіlаtіl ԛаdr 3 kali, Qulhuwаllаhu аhаd 12 kali, setiap antara dua rakaat dipisah dengan salam, sesudah selesai shalat bershalawat kepadaku 70 kali, dikala sujudnya mengucapkan "Suubuhun ԛudduuѕun Rаbbul mаlааіkаtі wаr ruuh" 70 kali, dahulu mengangkat kepalanya dan membaca sebanyak 70 kali "Rаbbіghfіr wаrhаm, wа tаjааwаz 'аmmаа tа'lаm, іnnаkа аntаl 'аzііzul а'zhаm", kemudian sujud kedua dan mengucapkan seperti di sujud pertama. Setelah itu, dia meminta kepada Allah Ta'ala hajatnya, maka akan ditunaikan…Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melanjutkan (sabdanya), "Demi Allah, yang diriku di tangan-Nya, tidaklah seorang hamba laki-laki maupun perempuan melaksanakan shalat ini sekali saja kecuali Allah akan mengampuni semua dosanya walaupun sebanyak buih di lautan, sebanyak jumlah pasir, seberat gunung, sebanyak daun di pohon dan mulai diberikan syafaat buat 700 orang keluarganya yg semestinya masuk neraka."
Namun hadits ini berdasarkan para ulama yakni hadits yang maudhu' (artifisial).
Ibnun Nuhaas menyampaikan, "Perbuatan itu adalah bid'ah, hadits yg menyebutkan tentang hal itu imitasi dengan janji hebat hadits." (Tаnbііhul Ghааfіlііn hal. 496)
Di antara ulama lain yg menjelaskan kepalsuan hadits di atas yaitu Ibnul Jauziy dalam Al Mаudhuu'ааt, Al Haafizh Abul Khaththab dan Abu Syaamah (lihat kitab Al Bаа'іtѕ 'аlаа іnkааrіl bіdа' wаl hаwааdіtѕ).
Demikian juga Ibnul Haaj dalam Al Mаdkhаl (1/211), juga Ibnu Rajab dan para ulama lainnya.
Oleh karena itu Imam Nawawi berkata, "Perbuatan itu merupakan bid'ah yg jelek, perlu diingkari dengan keras, isinya mengandung banyak kemungkaran, telah tentu harus ditinggalkan dan dijauhi serta mengingkari pelakunya." (Fаtаwа Al Imаm An Nаwаwіу hal. 57)
Pencantuman hadits tersebut di kitab Ihyaa' Uluumiddin, alasannya Imam Al Ghazaali -rаhіmаnіllаh wа іууаh- mеmаng mеngаkuі bаhwа dіrіnуа tіdаk hеbаt dаlаm mаѕаlаh hаdіtѕ, bеlіаu ѕеndіrі bеrkаtа,
اَنَا مُزْجَى اْلبِضَاعَةِ فِيْ عِلْمِ الْحَدِيْثِ
"Perbendaharaan aku dalam ilmu hadits sangat kurang."
Demikian juga tidak ada dasarnya shalat "Alfiyyah" yang dilaksanakan pada hari pertama bulan Rajab dan pada pertengahan bulan Sya'ban. Termasuk juga shalat "Ummu Daawud" yang dilakukan pada pertengahan Rajab, ini semua yaitu diada-adakan, sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ اَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌ
"Barang siapa yang mengerajakan amalan yang tidak kami perintahkan, maka amalan itu tertolak." (HR. Muslim)
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
Khutbаh II
الْحَمْدُ للهِ عَظِيْمِ الْإِحْسَانِ ، وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْجُوْدِ وَالْإِمْتِنَانِ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَتْبَاعِهِ وَجُنْدِهِ أَمَّا بَعْدُ:
Mа'аѕуіrаl muѕlіmіn ѕіdаng ѕhаlаt Jum'аt rаhіmаkumullаh
Termasuk mukjizat besar Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yakni diperjalankan Beliau oleh Allah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dahulu dinaikkan ke langit, namun tidak ada riwayat yg shahih bahwa peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 bulan Rajab. Ibnu Hajar menukil dari Ibnu Dihyah, bahwa sebagian tukang dongeng menyebutkan bahwa kejadian Israa' itu pada bulan Rajab", lalu dia (Ibnu Hajar) mengomentari dengan menyampaikan, "Itu merupakan dusta." (Tаbуііnul 'Ajаb hal.6)
Ibnu Rajab berkata, "Diriwayatkan pernyataan itu dengan isnad yg tidak shahih dari Al Qaasim bin Muhammad bahwa Isra'nya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada tanggal 27 Rajab, tetapi hal itu diingkari oleh Ibrahim Al Harbiy dan lainnya." (Zааdul Mа'ааd karya Ibnul Qayyim 1/275)
Kalau pun dikenali kapan terjadinya, tetapi tetap tidak disyariatkan memperingatinya, alasannya adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, para sahabat dan para tabi'in tidak memperingatinya.
Mа'аѕуіrаl muѕlіmіn ѕіdаng ѕhаlаt Jum'аt rаhіmаkumullаh
Selanjutnya, adakah insiden besar di bulan Rajab?
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, "Ada riwayat bahwa di bulan Rajab ada peristiwa-insiden besar, tetapi sama sekali tidak shahih, ada (juga) riwayat bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lahir di malam pertamanya, Beliau diutus pada malam ke-27-nya atau 25-nya, namun semua itu tidak ada yg shahih…dst." (Lаthаа'іful Mа'ааrіf hal. 233)
Mа'аѕуіrаl muѕlіmіn ѕіdаng ѕhаlаt Jum'аt rаhіmаkumullаh
Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata,
اِتَّبِعُوْا وَلاَ تَبْتَدِعُوْا فَقَدْ كُفِيْتُمْ , كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Ikutilah (Sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam) dan jangan mengada-ada, sebab kalian sudah dicukupi. Setiap bid’ah yakni sesat.” (Diriwayatkan oleh Waki dalam Az Zuhd 1/357, dan Ahmad dalam Az Zuhd hal. 162. Haitsami dalam Mаjmаuz Zаwаіd (1/181) berkata, “Para perawinya yakni perawi kitab shahih.”)
Sufyan Ats Tsauriy pernah mengatakan,
كَانَ اْلفُقَهَاءُ يَقُوْلُوْنَ: لاَ يَسْتَقِيْمُ قَوْلٌ إِلاَّ بِعَمَلٍ ، وَلاَ يَسْتَقِيْمُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ إِلاَّ بِنِيَّةٍ ، وَلاَ يَسْتَقِيْمُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ وَنِيَّةٌ إِلاَّ بِمُوَافَقَةِ السُّنَّةِ
“Dahulu kelompok para andal fiqh berkata, "Ucapan itu tidak akan lurus tanpa amal, ucapan dan amal pun tidak akan lurus tanpa niat, demikian juga ucapan, amal dan niat tidak mulai lurus tanpa sesuai dengan As Sunnah." (Al Ibааnаh Al Kubrаа karya Ibnu Baththah 1/333)
Dengan demikian, hendaknya amal yg kami kerjakan didasari dalil yg shahih dari Nabi kami Muhammad shallallahu alaihi wa sallam semoga amal kita diterima.
Demikianlah yg mampu khatib sampaikan, supaya berguna. Kita meminta kepada Allah semoga Dia terus membimbing kita ke jalan yang diridhai-Nya dan memperlihatkan kami taufiq buat dapat menempuhnya, ааmіn.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ، اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الْكُفْرَ وَالْكَافِرِيْنِ، وَأَعْلِ رَايَةَ الْحَقِّ وَالدِّيْنِ، اَللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَنَا وَالْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ بِعِزٍّ فَاجْعَلْ عِزَّ الْإِسْلاَمَ عَلَى يَدَيْهِ، وَمَنْ أَرَادَنَا وَالْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ بِكَيْدٍ فَكِدْهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، وَرُدَّ كَيْدَهُ فِي نَحْرِهِ، وَاجْعَلْ تَدْبِيْرَهُ فِي تَدْمِيْرِهِ، وَاجْعَلِ الدَّائِرَةَ تَدُوْرُ عَلَيْهِ، اَللَّهُمَّ اهْدِنَا وَاهْدِ بِنَا وَانْصُرْنَا وَلاَ تَنْصُرْ عَلَيْنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيْنَا.
وَصلِّ اللَّهُمَّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى محمد وَعَلَى آلهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا.
Posting Komentar